"Masa' partisipasinya di acara kampus orang. Di kampus sendiri aja belum," celetuk salah seorang temanku. "Jadi volunteer? Ngapain aja? Capekin aja, bayar lagi." Begitu bunyi tanggapan lainnya. Whatever, I don't really care.
Yang pengen kucari adalah pengalaman dan pelajaran!
Iya. Hari ini, 7 November, aku sengaja luangin waktu buat nulis artikel yang satu ini. Dan ini kutuliskan sepulang dari acara Fesovity, kependekan dari Festival of Social Creativity. Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa Surya University jurusan Technopreneurship. Kegiatan ini menghasilkan produk kreatif, yang bakal dikirim ke sekolah marginal. Produk kreatif tersebut dibuat oleh siswa-siswi SD yang diundang buat datang ke acara dan pengunjung acara itu sendiri. Tak ketinggalan, kebudayaan dan identitas Indonesia menjadi materi dari produk kreatif itu.
Nah, aku dan beberapa temanku mendaftarkan diri sebagai volunteer dalam acara ini. Dengan membayar biaya pendaftaran sebesar seratus ribu rupiah, udah dapat kaos Fesovity, gelang glow in the dark, pin Fesovity, voucher makan di angkringan acara sebesar dua puluh lima ribu, dan sertifikat. Plus dapat dua kali snack (baca: roti). Lumayan juga, kan. Makanya kami daftar deh, sekalian nyari pengalaman biar bisa ngerasain gimana jadi panitiadan poin SKKM. Hahaha.
Dalam bayangan aku sih, acara ini bakalan seru abis. Di mana aku bisa belajar mengembangkan sikap sosial, dan kembali berorganisasi setelah berbulan-bulan vakum sebagai panitia acara. Biasa kan, kalo di Jambi, selalu ada proyek :P
Entah acara ini memang baru pertama kali digelar dan ditangani 100% oleh mahasiswanya atau gimana, acara ini sebenarnya bisa jadi berkesan banget dan menyenangkan namun faktanya masih kurang persiapan. Koordinasi antar divisi juga kurang. Volunteer dan kontributor (sama-sama nyumbang seratus ribu buat daftar, bedanya, volunteer juga merangkap sebagai panitia) terkesan 'dibiarkan', mungkin karena kurang komunikasi antara panitia acara dengan volunteer dan kontributor.
Meski sempat diguyur hujan deras saat pembukaan acara dan acara tertunda untuk sementara waktu, para panitia mampu mengendalikan situasi acara kembali normal. Usaha mereka cukup bagus. Dan hingga akhir acara, mereka masih punya semangat yang on-fire banget! Thumb up! (y)
Tapi, dari itu semua, yang ingin aku share di sini adalah momen saat hujan deras melanda. Aku enggak mau melupakan begitu saja momen ini, so I chose to share it mumpung masih inget. Jadi, di kemudian hari masih tetap ingat.
Sebenarnya, what was going on?
Ada banyak tenda disediakan, untuk angkringan makanan, panitia, hingga tempat main games. Ceritanya nih, aku dan rombongan teman kelasku yang daftarnya barengan dan memilih divisi yang sama pula, yaitu bagian balon, punya 'markas' di tenda balon. Karena, kami bertugas mendistribusikan balon ke fasilitator untuk dibagikan kepada anak-anak saat pembukaan acara. Balonnya udah disediakan oleh Indomaret. Tapi, untuk niup balon sampe 800 buah itu gak singkat waktunya. Kami bahkan kewalahan. Niupnya sih pake mesin. Gila kalo pake mulut niup beratus-ratus balon, bayangin deh tuh mulut gimana jadinya -,- . Tapi, pada akhirnya, pake mulut juga karena hanya mengandalkan satu mesin tidak cukup cepat.
Setelah semua balon sudah dibagikan kepada anak-anak dan acara telah resmi dibuka, tiba-tiba hujan deras melanda! Oh no! Aku, Dian, Tika, Sid, Alvin, Willy, dan Cetan (jangan menggantikan C dengan S) langsung berlindung di bawah tenda untuk balon tadi. Lalu, datanglah si Saigita (kalo gak salah), anak UMN juga, DKV 2015. Jatuhnya, kami semua yang berlindung di tempat yang sama itu sama-sama anak UMN angkatan 2015!
Selama hujan, Cetan mulai bersenandung lagu Mandarin. Thung Hua. Wah, kebetulan aku hapal, ya terjadilah duet. Kemudian, dari lagu itu berlanjut ke lagu-lagu Mandarin lainnya. Yue Liang Thai Piao Wo De Xin dari Teresa Teng, Endless Love dari Jacky Chan, Lau Shu Ai Da Mi, Tien Mi Mi. Pokoknya lagu-lagu lama deh. Uniknya, pas nyanyiin lagu Yue Liang Thai Piao Wo De Xin, hujannya langsung berhenti. Tapi, beberapa detik kemudian, hujan turun lagi. Kami ganti lagu, dan hujannya berhenti lagi. Ketika udah selesai nyanyi, eh taunya hujan lagi. Tapi hujan tak menyurutkan kesenangan kami. Nyanyi terus dan seru-seruan deh.
Si Alvin sampe bilang, "Ini lagi hujan, bukannya sedih, kita tetap hepi ya." Hahaha.
Cetan emang ada aja.
Next. Hujan makin deras disertai angin kencang, meski kami sudah berkali-kali ganti lagu, hingga derasnya hujan membuat kami berfokus pada bagaimana mencegah air hujan tidak membasahi kami. Tenda kan nggak nutup semua sisi, jadi kami tetap bisa kena air hujan, bahkan udah basah banget! Maka, kami berinisiatif membangun 'Benteng Hujan' dengan menggunakan papan kayu. Papan kayu itu sebenarnya alasnya meja, kakinya dari besi, bisa dicopot. Kalau papannya di-'tidur'-in, air hujan bisa mantul terus kena kami. Ya udah, di-'berdiri'-in aja, sekalian jadiin benteng.
Momen tak terlupakannya adalah, ketika angin menghembus dari sisi kanan, empat orang cowok (Sid, Cetan, Alvin, Willy) bakal mindahin bentengnya ke sisi kanan untuk menahan air hujan. Ternyata, angin tidak hanya berhembus dari satu arah. Tiba-tiba ia berpindah arah. Maka, mereka pindahin lagi deh. Begitu terus sampai hujan reda. Alhasil, jadi begini:
Awalnya, enggak sadar ternyata sekonyol dan se-ngakak itu. Pas udah berhenti hujannya, aku coba keluar dan melihat dari pandangan ini. Ternyata, benar-benar ngakak! Ngerasa konyol tapi seru!
Emang keliatan masih bocah banget kayaknya nih. Tapi, itu benar-benar ngakak! Udah heboh sendiri selama hujan, paling konyol lagi! Diliatin orang, pastinya. Ga tau deh, bagian dokumentasi acara ini ada dokumentasiin kami atau enggak, wkwkwkwk...
Baca doang, mungkin gak bisa merasakan 100%. Tapi, bagi yang berada di situ saat itu, itu benar-benar momen yang tidak boleh dilupakan sebenarnya! Mungkin kejadian itu tidak penting. Tapi yang sebenarnya indah untuk dikenang adalah masa kekonyolan itu. Karena, ketika umur makin bertambah, kekonyolan seperti itu mungkin sulit dirasakan.
Bagi aku sendiri, aku sangat gembira dengan masa mudaku hingga detik ini. Sangat bersyukur!
Pada intinya adalah bagaimana cara kita menikmati setiap detik hidup kita sendiri. Dan, bagaimana cara kita menikmati setiap momen bersama setiap individu. Dinikmati dan disyukuri aja.
Everyone is unique, and everything is...
AWESOME!!!
Yang pengen kucari adalah pengalaman dan pelajaran!
Iya. Hari ini, 7 November, aku sengaja luangin waktu buat nulis artikel yang satu ini. Dan ini kutuliskan sepulang dari acara Fesovity, kependekan dari Festival of Social Creativity. Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa Surya University jurusan Technopreneurship. Kegiatan ini menghasilkan produk kreatif, yang bakal dikirim ke sekolah marginal. Produk kreatif tersebut dibuat oleh siswa-siswi SD yang diundang buat datang ke acara dan pengunjung acara itu sendiri. Tak ketinggalan, kebudayaan dan identitas Indonesia menjadi materi dari produk kreatif itu.
Nah, aku dan beberapa temanku mendaftarkan diri sebagai volunteer dalam acara ini. Dengan membayar biaya pendaftaran sebesar seratus ribu rupiah, udah dapat kaos Fesovity, gelang glow in the dark, pin Fesovity, voucher makan di angkringan acara sebesar dua puluh lima ribu, dan sertifikat. Plus dapat dua kali snack (baca: roti). Lumayan juga, kan. Makanya kami daftar deh, sekalian nyari pengalaman biar bisa ngerasain gimana jadi panitia
Dalam bayangan aku sih, acara ini bakalan seru abis. Di mana aku bisa belajar mengembangkan sikap sosial, dan kembali berorganisasi setelah berbulan-bulan vakum sebagai panitia acara. Biasa kan, kalo di Jambi, selalu ada proyek :P
Entah acara ini memang baru pertama kali digelar dan ditangani 100% oleh mahasiswanya atau gimana, acara ini sebenarnya bisa jadi berkesan banget dan menyenangkan namun faktanya masih kurang persiapan. Koordinasi antar divisi juga kurang. Volunteer dan kontributor (sama-sama nyumbang seratus ribu buat daftar, bedanya, volunteer juga merangkap sebagai panitia) terkesan 'dibiarkan', mungkin karena kurang komunikasi antara panitia acara dengan volunteer dan kontributor.
Meski sempat diguyur hujan deras saat pembukaan acara dan acara tertunda untuk sementara waktu, para panitia mampu mengendalikan situasi acara kembali normal. Usaha mereka cukup bagus. Dan hingga akhir acara, mereka masih punya semangat yang on-fire banget! Thumb up! (y)
Tapi, dari itu semua, yang ingin aku share di sini adalah momen saat hujan deras melanda. Aku enggak mau melupakan begitu saja momen ini, so I chose to share it mumpung masih inget. Jadi, di kemudian hari masih tetap ingat.
Sebenarnya, what was going on?
Ada banyak tenda disediakan, untuk angkringan makanan, panitia, hingga tempat main games. Ceritanya nih, aku dan rombongan teman kelasku yang daftarnya barengan dan memilih divisi yang sama pula, yaitu bagian balon, punya 'markas' di tenda balon. Karena, kami bertugas mendistribusikan balon ke fasilitator untuk dibagikan kepada anak-anak saat pembukaan acara. Balonnya udah disediakan oleh Indomaret. Tapi, untuk niup balon sampe 800 buah itu gak singkat waktunya. Kami bahkan kewalahan. Niupnya sih pake mesin. Gila kalo pake mulut niup beratus-ratus balon, bayangin deh tuh mulut gimana jadinya -,- . Tapi, pada akhirnya, pake mulut juga karena hanya mengandalkan satu mesin tidak cukup cepat.
Setelah semua balon sudah dibagikan kepada anak-anak dan acara telah resmi dibuka, tiba-tiba hujan deras melanda! Oh no! Aku, Dian, Tika, Sid, Alvin, Willy, dan Cetan (jangan menggantikan C dengan S) langsung berlindung di bawah tenda untuk balon tadi. Lalu, datanglah si Saigita (kalo gak salah), anak UMN juga, DKV 2015. Jatuhnya, kami semua yang berlindung di tempat yang sama itu sama-sama anak UMN angkatan 2015!
Selama hujan, Cetan mulai bersenandung lagu Mandarin. Thung Hua. Wah, kebetulan aku hapal, ya terjadilah duet. Kemudian, dari lagu itu berlanjut ke lagu-lagu Mandarin lainnya. Yue Liang Thai Piao Wo De Xin dari Teresa Teng, Endless Love dari Jacky Chan, Lau Shu Ai Da Mi, Tien Mi Mi. Pokoknya lagu-lagu lama deh. Uniknya, pas nyanyiin lagu Yue Liang Thai Piao Wo De Xin, hujannya langsung berhenti. Tapi, beberapa detik kemudian, hujan turun lagi. Kami ganti lagu, dan hujannya berhenti lagi. Ketika udah selesai nyanyi, eh taunya hujan lagi. Tapi hujan tak menyurutkan kesenangan kami. Nyanyi terus dan seru-seruan deh.
Si Alvin sampe bilang, "Ini lagi hujan, bukannya sedih, kita tetap hepi ya." Hahaha.
Cetan emang ada aja.
Next. Hujan makin deras disertai angin kencang, meski kami sudah berkali-kali ganti lagu, hingga derasnya hujan membuat kami berfokus pada bagaimana mencegah air hujan tidak membasahi kami. Tenda kan nggak nutup semua sisi, jadi kami tetap bisa kena air hujan, bahkan udah basah banget! Maka, kami berinisiatif membangun 'Benteng Hujan' dengan menggunakan papan kayu. Papan kayu itu sebenarnya alasnya meja, kakinya dari besi, bisa dicopot. Kalau papannya di-'tidur'-in, air hujan bisa mantul terus kena kami. Ya udah, di-'berdiri'-in aja, sekalian jadiin benteng.
Momen tak terlupakannya adalah, ketika angin menghembus dari sisi kanan, empat orang cowok (Sid, Cetan, Alvin, Willy) bakal mindahin bentengnya ke sisi kanan untuk menahan air hujan. Ternyata, angin tidak hanya berhembus dari satu arah. Tiba-tiba ia berpindah arah. Maka, mereka pindahin lagi deh. Begitu terus sampai hujan reda. Alhasil, jadi begini:
Ini difoto setelah hujan reda. Yang fotoin si Willy. Dari kiri ke kanan: Christine, Tika, Alvin, Sid, Cetan, Dian, Saigita. |
Awalnya, enggak sadar ternyata sekonyol dan se-ngakak itu. Pas udah berhenti hujannya, aku coba keluar dan melihat dari pandangan ini. Ternyata, benar-benar ngakak! Ngerasa konyol tapi seru!
Emang keliatan masih bocah banget kayaknya nih. Tapi, itu benar-benar ngakak! Udah heboh sendiri selama hujan, paling konyol lagi! Diliatin orang, pastinya. Ga tau deh, bagian dokumentasi acara ini ada dokumentasiin kami atau enggak, wkwkwkwk...
Baca doang, mungkin gak bisa merasakan 100%. Tapi, bagi yang berada di situ saat itu, itu benar-benar momen yang tidak boleh dilupakan sebenarnya! Mungkin kejadian itu tidak penting. Tapi yang sebenarnya indah untuk dikenang adalah masa kekonyolan itu. Karena, ketika umur makin bertambah, kekonyolan seperti itu mungkin sulit dirasakan.
Bagi aku sendiri, aku sangat gembira dengan masa mudaku hingga detik ini. Sangat bersyukur!
Pada intinya adalah bagaimana cara kita menikmati setiap detik hidup kita sendiri. Dan, bagaimana cara kita menikmati setiap momen bersama setiap individu. Dinikmati dan disyukuri aja.
Everyone is unique, and everything is...
AWESOME!!!
Comments
Post a Comment