Hannah, I love you and I let you go. (Clay Jensen, 13 Reasons Why Season 2)
Beberapa bulan yang lalu, aku ngebut nonton semua episode 13 Reasons Why Season 1 dan 2. Dari semua episode, kalimat yang diucapkan Clay di gereja saat upacara pelayanan untuk Hannah itu benar-benar berkesan bagiku sampe sekarang. Setelah Clay ngomong gitu, "arwah" Hannah seolah pergi. Sebelum itu, Skye, mantannya Clay, memilih untuk pergi meninggalkan Clay. Skye mengatakan hal yang sama kepada Clay: Skye loves Clay and still lets him go. So, Clay melakukan hal yang sama kepada Hannah. Apa yang dilakukan Skye ke Clay dan Clay ke Hannah menyadarkanku satu hal: menerima dan membiarkannya pergi.
(13 Reasons Why adalah film serial Netflix tentang isi rekaman Hannah Baker yang dibuatnya sebelum ia melakukan bunuh diri. Hingga saat ini, udah ada Season 1 dan Season 2, meanwhile Season 3 is coming soon!)
So here is my story. Falling for someone adalah hal yang lumrah melanda anak muda yang masih single. Anak muda punya sejuta alasan untuk suka sama seseorang, misalnya sama cara bicaranya, cara solving masalah, cara pandangnya, hingga senyumnya. Rasa suka masih wajar nih, kalau sebatas suka atau demen aja. Tapi beda cerita kalau udah sampe di titik yang namanya NYAMAN. Hmm, sulit sih.
Sebagai anak muda, tentunya aku juga pernah dong merasakan hal-hal begituan. Di antara semua kisah asmaraku yang selalu mempunyai akhir cerita yang sama selama ini, ada salah satu kisah yang pernah bikin susah tidur. Agak berlebihan sih, tapi yang namanya hati, siapa yang bisa mengaturnya hehehe.
Awalnya, aku menyangkal bahwa aku suka sama orang itu. Aku merasa biasa-biasa aja. Memang sih, sering bareng dan sharing jadi lumayan dekat. Tapi aku gak mau langsung menilai bahwa aku suka sama orang itu. Singkat cerita, later then I found that people around us were talking about us.
Fine, aku coba dengar kata hati. Meskipun aku tahu bahwa hatiku bilang "Yes", aku bersikukuh melawan kata hati. Pelan-pelan aku mulai menerima kata hati. Hingga tibalah suatu hari ketika orang itu main gitar dan nyanyi buat cewek lain. Wah, sepulang dari situ aku langsung sedih. Kayak orang patah hati. Aku ajak temenku buat nemenin makan dan curhat. Gelaseh.
Rasa patah hati itu terus menghinggap di diriku selama beberapa waktu. Ingin sekali terbebas tapi tak mampu melakukannya. Tidak berdaya :(
Beruntunglah kalimat Clay itu berhasil menolongku. Setelah nonton episode itu, aku pun merenung dan mengambil keputusan saat itu juga. Well, I liked him and I let him go. Pertama, aku menerima fakta bahwa aku memang jatuh hati padanya. Kedua, aku membiarkan bagaimana hidup dan jodoh akan membawaku. Sejak hari itu, aku mulai merasa lega, sedikit demi sedikit. Aku juga udah engga sakit hati kalau lihat dia main gitar dan nyanyi buat cewek lain lagi. And the greatest achievement for me is: gak ada lagi yang namanya susah tidur karena lagi kasmaran ataupun patah hati! Oh, thank God!
Dari kisah ini plus kalimat Clay, terlepas dari soal perasaan suka, menerima kenyataan adalah hal pertama yang aku pikir sangat perlu dilakukan. Dengan menerima, hati jadi lebih lega dan engga khawatiran lagi. Mungkin ada saat di mana menerima kenyataan adalah hal yang sulit karena terlalu pahit atau belum siap. It's okay, just take your time. In the end, kita harus menerima apapun kenyataannya. Setelah itu, diri kita baru bisa tahu langkah apa yang selanjutnya bisa diambil. Baru deh bisa move on maupun let go.
Semoga bermanfaat!
Beberapa bulan yang lalu, aku ngebut nonton semua episode 13 Reasons Why Season 1 dan 2. Dari semua episode, kalimat yang diucapkan Clay di gereja saat upacara pelayanan untuk Hannah itu benar-benar berkesan bagiku sampe sekarang. Setelah Clay ngomong gitu, "arwah" Hannah seolah pergi. Sebelum itu, Skye, mantannya Clay, memilih untuk pergi meninggalkan Clay. Skye mengatakan hal yang sama kepada Clay: Skye loves Clay and still lets him go. So, Clay melakukan hal yang sama kepada Hannah. Apa yang dilakukan Skye ke Clay dan Clay ke Hannah menyadarkanku satu hal: menerima dan membiarkannya pergi.
(13 Reasons Why adalah film serial Netflix tentang isi rekaman Hannah Baker yang dibuatnya sebelum ia melakukan bunuh diri. Hingga saat ini, udah ada Season 1 dan Season 2, meanwhile Season 3 is coming soon!)
So here is my story. Falling for someone adalah hal yang lumrah melanda anak muda yang masih single. Anak muda punya sejuta alasan untuk suka sama seseorang, misalnya sama cara bicaranya, cara solving masalah, cara pandangnya, hingga senyumnya. Rasa suka masih wajar nih, kalau sebatas suka atau demen aja. Tapi beda cerita kalau udah sampe di titik yang namanya NYAMAN. Hmm, sulit sih.
Sebagai anak muda, tentunya aku juga pernah dong merasakan hal-hal begituan. Di antara semua kisah asmaraku yang selalu mempunyai akhir cerita yang sama selama ini, ada salah satu kisah yang pernah bikin susah tidur. Agak berlebihan sih, tapi yang namanya hati, siapa yang bisa mengaturnya hehehe.
Awalnya, aku menyangkal bahwa aku suka sama orang itu. Aku merasa biasa-biasa aja. Memang sih, sering bareng dan sharing jadi lumayan dekat. Tapi aku gak mau langsung menilai bahwa aku suka sama orang itu. Singkat cerita, later then I found that people around us were talking about us.
Fine, aku coba dengar kata hati. Meskipun aku tahu bahwa hatiku bilang "Yes", aku bersikukuh melawan kata hati. Pelan-pelan aku mulai menerima kata hati. Hingga tibalah suatu hari ketika orang itu main gitar dan nyanyi buat cewek lain. Wah, sepulang dari situ aku langsung sedih. Kayak orang patah hati. Aku ajak temenku buat nemenin makan dan curhat. Gelaseh.
Rasa patah hati itu terus menghinggap di diriku selama beberapa waktu. Ingin sekali terbebas tapi tak mampu melakukannya. Tidak berdaya :(
Beruntunglah kalimat Clay itu berhasil menolongku. Setelah nonton episode itu, aku pun merenung dan mengambil keputusan saat itu juga. Well, I liked him and I let him go. Pertama, aku menerima fakta bahwa aku memang jatuh hati padanya. Kedua, aku membiarkan bagaimana hidup dan jodoh akan membawaku. Sejak hari itu, aku mulai merasa lega, sedikit demi sedikit. Aku juga udah engga sakit hati kalau lihat dia main gitar dan nyanyi buat cewek lain lagi. And the greatest achievement for me is: gak ada lagi yang namanya susah tidur karena lagi kasmaran ataupun patah hati! Oh, thank God!
***
Dari kisah ini plus kalimat Clay, terlepas dari soal perasaan suka, menerima kenyataan adalah hal pertama yang aku pikir sangat perlu dilakukan. Dengan menerima, hati jadi lebih lega dan engga khawatiran lagi. Mungkin ada saat di mana menerima kenyataan adalah hal yang sulit karena terlalu pahit atau belum siap. It's okay, just take your time. In the end, kita harus menerima apapun kenyataannya. Setelah itu, diri kita baru bisa tahu langkah apa yang selanjutnya bisa diambil. Baru deh bisa move on maupun let go.
Semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment