Apakah ini yang dikatakan orang-orang sebagai "Save the best for the last"?
Sesuatu yang enggak terduga terjadi, menutup rangkaian tahun 2015 gue. Ini sebuah kurnia.
Setelah hasil UTS keluar, gue merasa puas terhadap upaya gue. Tapi, enggak semua mata kuliah gue dapat nilai bagus. Salah satunya, Logika Pemrograman. Nilai gue 77 atau 76, gue lupa sih. Nilai Logika Pemrograman, a.k.a. Logpem, punya gue cuma beda 1 poin ama mata kuliah Matematika Diskrit, a.k.a. Matdis. Gue juga bingung, kenapa nilai gue di kedua mata kuliah 'spesial' jurusan gue ini paling rendah. Malah, mata kuliah yang bukan spesial jurusan gue bisa bagus.
Oke, stop. Gue keterusan deh ceritanya. Posting ini bukan bahas UTS gue. Tapi, nilai UTS gue-lah yang menjadi latar belakang cerita ini...
Dosen Logpem gue, yang juga Kepala Program Studi Teknik Informatika, bu Maria, kasih kesempatan kepada kelas gue. Ada satu lomba yang diadakan oleh prodi TI. Namanya CSIC, Computer Science Innovative Challenge. Lombanya nyuruh bikin program yang inovatif dan bermanfaat. Anggota peserta lomba paling sedikit 2 orang, paling banyak 4 orang. Dan minimal harus ada satu orang prodi TI dalam kelompok. Bu Maria bilang, kalo ada yang berminat ikut, meskipun cuma ikut, ga sampe menang, nilainya bakal ditambahin beberapa poin.
Nah, berhubung nilai UTS gue gak begitu bagus, jadi gue pikir gue pengen ikut. Tapi, gue ragu karena gue enggak bisa programming. Kebetulan, si Willy ngajak buat ikutan. Bertiga ama Ronald. Soalnya, kita bertiga pernah bikin kelompok yang namanya Newbies, buat lomba programming intern UKM UMNPC. Gue langsung approve ajakan si Willy. Gue pengen dongkrak nilai gue.
Beberapa hari kemudian, si Fachry bergabung. Kala itu, kami enggak kepikiran sama sekali bikin program apaan. Karena, ada keraguan dalam bikin programnya. Takutnya, kagak berhasil dan kagak selesai. Singkat kata, semakin dekat hari penutupan, kami memutuskan program yang akan dibuat.
Gue ingat banget. Di detik-detik terakhir penutupan pendaftaran, gue temui Willy yang udah mau mulai pertemuan UKM Robotics-nya. Gue dan Willy kayak dikejar-kejar anjing di sebuah komplek perumahan. Kami berdua mikirin nama program sambil dikejar detik waktu. Pada akhirnya, kami menggunakan nama tim Newbies, untuk bikin program ************ (gue sensor dulu nama dan deskripsi programnya ya). Namanya seadanya doang. Pas itu kepikiran dan kayaknya cocok aja. Langsung submit pendaftaran.
Setelah itu, dimulailah perjuangan Willy dan Ronald dalam ngoding programnya. Willy, as the leader, is the most busiest. Dia kerja keras banget. Gue enggak tega sebenarnya, tapi apa daya gue yang enggak bisa ngoding program. Jadi, gue ngerjain hal-hal sederhana.
Semakin dekat hari pengumpulan proposal dan program, Willy makin sering begadang. Ronald dan Fachry juga kerja kok. Gue yang nyusun proposalnya. Setelah dikumpul, kami harus digantung beberapa hari menunggu kepastian para(doi) juri. Diterima atau ditolak. Intinya, jangan di-php-in. Kodingan kami gak ada PHP kok.
Gue sebenarnya udah mulai pesimis, terlebih melihat kerja kelompok yang gak karuan menurut gue. Kayak niat gak niat. Gue cuma bisa pasrah, tapi enggak kehilangan harapan. Gue enggak sekobar waktu lomba OSN tahun lalu. Tapi gue tetap ngarep bisa lolos ke final, biar tahun 2015 gue ada ceritanya.
Bak disambar petir, kelompok kami masuk 16 besar! Ini sebuah pertanda baik. Gue enggak kehilangan harapan. Malah gue makin berharap. Tapi gue gak ngenes.
Willy dan Ronald menghadapi presentasi singkat di babak 16 besar. Gue enggak ikut karena agak malas. Tega, ya gue...
Programnya masih belum jadi 100%. Mungkin udah 60%. Dalam hitungan beberapa jam, gue diberitahu bahwa kelompok gue masuk final! Pesimis gue langsung menghilang dalam sekejap bagaikan butiran debu yang ditiup. Gue senang banget mengetahuinya. Gue mulai nyiapin slide buat presentasi final dalam waktu cuma 2 hari.
Apa yang terjadi saat final? Lihat post selanjutnya...
Sesuatu yang enggak terduga terjadi, menutup rangkaian tahun 2015 gue. Ini sebuah kurnia.
Setelah hasil UTS keluar, gue merasa puas terhadap upaya gue. Tapi, enggak semua mata kuliah gue dapat nilai bagus. Salah satunya, Logika Pemrograman. Nilai gue 77 atau 76, gue lupa sih. Nilai Logika Pemrograman, a.k.a. Logpem, punya gue cuma beda 1 poin ama mata kuliah Matematika Diskrit, a.k.a. Matdis. Gue juga bingung, kenapa nilai gue di kedua mata kuliah 'spesial' jurusan gue ini paling rendah. Malah, mata kuliah yang bukan spesial jurusan gue bisa bagus.
Oke, stop. Gue keterusan deh ceritanya. Posting ini bukan bahas UTS gue. Tapi, nilai UTS gue-lah yang menjadi latar belakang cerita ini...
Dosen Logpem gue, yang juga Kepala Program Studi Teknik Informatika, bu Maria, kasih kesempatan kepada kelas gue. Ada satu lomba yang diadakan oleh prodi TI. Namanya CSIC, Computer Science Innovative Challenge. Lombanya nyuruh bikin program yang inovatif dan bermanfaat. Anggota peserta lomba paling sedikit 2 orang, paling banyak 4 orang. Dan minimal harus ada satu orang prodi TI dalam kelompok. Bu Maria bilang, kalo ada yang berminat ikut, meskipun cuma ikut, ga sampe menang, nilainya bakal ditambahin beberapa poin.
Nah, berhubung nilai UTS gue gak begitu bagus, jadi gue pikir gue pengen ikut. Tapi, gue ragu karena gue enggak bisa programming. Kebetulan, si Willy ngajak buat ikutan. Bertiga ama Ronald. Soalnya, kita bertiga pernah bikin kelompok yang namanya Newbies, buat lomba programming intern UKM UMNPC. Gue langsung approve ajakan si Willy. Gue pengen dongkrak nilai gue.
Beberapa hari kemudian, si Fachry bergabung. Kala itu, kami enggak kepikiran sama sekali bikin program apaan. Karena, ada keraguan dalam bikin programnya. Takutnya, kagak berhasil dan kagak selesai. Singkat kata, semakin dekat hari penutupan, kami memutuskan program yang akan dibuat.
Gue ingat banget. Di detik-detik terakhir penutupan pendaftaran, gue temui Willy yang udah mau mulai pertemuan UKM Robotics-nya. Gue dan Willy kayak dikejar-kejar anjing di sebuah komplek perumahan. Kami berdua mikirin nama program sambil dikejar detik waktu. Pada akhirnya, kami menggunakan nama tim Newbies, untuk bikin program ************ (gue sensor dulu nama dan deskripsi programnya ya). Namanya seadanya doang. Pas itu kepikiran dan kayaknya cocok aja. Langsung submit pendaftaran.
Setelah itu, dimulailah perjuangan Willy dan Ronald dalam ngoding programnya. Willy, as the leader, is the most busiest. Dia kerja keras banget. Gue enggak tega sebenarnya, tapi apa daya gue yang enggak bisa ngoding program. Jadi, gue ngerjain hal-hal sederhana.
Semakin dekat hari pengumpulan proposal dan program, Willy makin sering begadang. Ronald dan Fachry juga kerja kok. Gue yang nyusun proposalnya. Setelah dikumpul, kami harus digantung beberapa hari menunggu kepastian para
Gue sebenarnya udah mulai pesimis, terlebih melihat kerja kelompok yang gak karuan menurut gue. Kayak niat gak niat. Gue cuma bisa pasrah, tapi enggak kehilangan harapan. Gue enggak sekobar waktu lomba OSN tahun lalu. Tapi gue tetap ngarep bisa lolos ke final, biar tahun 2015 gue ada ceritanya.
Bak disambar petir, kelompok kami masuk 16 besar! Ini sebuah pertanda baik. Gue enggak kehilangan harapan. Malah gue makin berharap. Tapi gue gak ngenes.
Willy dan Ronald menghadapi presentasi singkat di babak 16 besar. Gue enggak ikut karena agak malas. Tega, ya gue...
Programnya masih belum jadi 100%. Mungkin udah 60%. Dalam hitungan beberapa jam, gue diberitahu bahwa kelompok gue masuk final! Pesimis gue langsung menghilang dalam sekejap bagaikan butiran debu yang ditiup. Gue senang banget mengetahuinya. Gue mulai nyiapin slide buat presentasi final dalam waktu cuma 2 hari.
Apa yang terjadi saat final? Lihat post selanjutnya...
Comments
Post a Comment